Minggu, 17 Februari 2008

etalase puisi TSP 2006

(1)

Mimpi Kita

Tentang mimpi kita,

Datang dari sebuah keterpurukan

Kini kau pergi takkan kembali

Masa depan masih panjang

Deadline pun menghadang

Ciputat, 15 Juli 2006


(2)

Semut

Semut, engkau serangga kecil

Berjalan merayap dan hidup bersosial

Engkau merawat bayi-bayi mu

Hidupmu di bawah tanah dan batu-batuan

Sesekali kau hinggap di ketiak manusia

***

Engkau memiliki keunggulan di banding kami

Engkau tak mengenal kaya dan miskin

Bila satu kelompokmu paceklik

Masing-masing engkau saling membantu

Bila satu kelompokmu kelebihan makanan

Masing-masing engkau saling berbagi

***

Semut, engkau serangga kecil

Memikul beban yang lebih berat dari badanmu

Engkau menggerakkan beban itu seksama

Contohkan agar bersama kami bisa

Jika engkau berjalan saling berhadapan

Tak luput engkau berciuman

Contohkan pula kami saling menyapa

***

Semut, engkau serangga kecil

Pantaslah mendapat penghargaan Tuhan

Surah al-Naml, adalah kisahmu

Ditulis dalam firman-Nya

inspired by Quraish Shihab

Ciputat, 15 Juli 2006


(3)

Sebuah Taman di Jakarta

Berjalan sendiri menanti esok pagi

Sampai aku mampir di sebuah taman

Seorang wanita di-tatto payudaranya

Di sampingnya tukang ramal tarot

Lalu, vagina monolog akan dipentaskan

Rupanya

***

Berjalan sendiri menanti esok pagi

Menikmati keindahan tak perlu membayar mahal

Datanglah ke taman ini tengah malam

Sepasang berjalan berpegang tangan

Sepasang duduk saling menunduk

Sepasang senang-senang di remang-remang

***

Berjalan sendiri menanti esok pagi

Jangan kuatir jika tak pasangan

Asalkan berani lalu bercerita

Jangan anggap harus bayar

Mereka sudah kaya berlebihan

Hanya butuh pengakuan

***

Masih di taman itu

Terasa embun mulai menyayat kulit

Satu persatu mulai tinggalkan taman

Pergi ke rumah atau hotel depan taman

Semuanya ada di sini

Aku tertidur di sebuah masjid

Di belakang taman itu

Jakarta, Maret 2006


(4)

Berbagi

Di dalam kelas beralas tikar

Duduk bersimpuh selusin anak

Mereka berbinar mata menuntut ilmu

Bersama satu-satunya guru kesayangan

***

Jika musim penghujan

Mereka pergi dengan payung daun pisang

Di dalam kelas guru berharap

Semangatlah belajar, Nak

Tuntutlah ilmu sampai negeri Cina

Sepulang belajar mereka berkebun

Sambil menanti hasil tanaman

***

Kelas itu tanpa papan nama

Segelintir murid tanpa alas kaki

Guru kesayangan tanpa sembako

Pemandangan itu masih ada

Terselip di desa tak jauh dari kota ini

Melupakan kita saling berbagi

Bogor, Maret 2006

Tidak ada komentar: